Scroll kebawah untuk baca artikel
Sosial

Keluarga Ini Hidupnya Memprihatinkan, Tak Punya Kamar Mandi, Anaknya Putus Sekolah dan Ayahnya Tak Menafkahi

×

Keluarga Ini Hidupnya Memprihatinkan, Tak Punya Kamar Mandi, Anaknya Putus Sekolah dan Ayahnya Tak Menafkahi

Sebarkan artikel ini
POMPA AIR - Rositah sedang mengambil air dengan pompa manual di kamar mandinya yang berada di belakang rumahnya, di Desa Pecangakan, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, baru-baru ini.

ADIWERNA, korantegal.com – Ibu dari 3 anak ini bernama Rositah (47). Biasanya, Rositah akrab disapa Ibu Sero. Rumahnya di RT 05 RW 02 Desa Pecangakan, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal. Kendati rumahnya berdinding tembok, tapi Rositah tidak memiliki sarana kamar mandi seperti rumah pada umumnya. Kamar mandi Rositah hanya ditutup dengan kain dan bambu yang tingginya sekitar 1 meter di belakang rumahnya.

Praktis, setiap mandi dan mencuci baju, terlihat jelas dari luar. Padahal, ketiga anaknya sudah besar. Yang pertama laki-laki berusia 22 tahun. Statusnya belum berkeluarga dan masih nganggur. Anak nomor dua perempuan berusia 21 tahun. Saat ini, ia bekerja sebagai cleaning service di salah satu rumah sakit di sekitar Kecamatan Adiwerna. Kemudian anak yang nomor tiga juga perempuan. Usianya masih 11 tahun tapi tidak melanjutkan sekolah karena terbentur masalah biaya.

“Kasihan anak-anak saya kalau mandi kelihatan dari luar. Soalnya kamar mandi saya tidak ada gentengnya. Cuma ditutup dengan kain. Itu pun tidak tinggi,” tutur Rositah, saat ditemui di rumahnya, beberapa waktu lalu.

Rositah sebenarnya memiliki suami. Saat ini, suaminya merantau di Jakarta. Namun, sejak tiga tahun terakhir, suaminya tak pernah menafkahinya. Untuk menutup kebutuhan hidupnya sehari-hari, Rositah terpaksa menjadi tukang urut dan pencari bawang merah atau lazim disebut gampung. Hasil keringatnya itu, tidak banyak. Hanya bisa untuk makan bersama ketiga anaknya.

“Sebenarnya WC di rumah saya juga rusak. Tapi mau bagaimana lagi, saya tidak punya uang untuk memperbaikinya. Saya dan anak-anak saya cuma pasrah saja. Semoga ada dermawan yang membantu keluarga saya,” ucapnya berharap.

Rumah itu, merupakan jerih payahnya bersama suaminya. Sedangkan tanahnya, milik orangtua suaminya. Sebagian lantai di rumah itu belum dikeramik. Hanya di bagian depan yang sudah ada keramiknya. Itu pun ia harus hutang yang diangsur hingga berbulan-bulan. Termasuk meja kursi di ruang tamu juga dibelinya dengan cara mengangsur.

“Untuk mengangsur itu, saya bersama anak-anak saya harus irit. Makan juga seadanya, yang penting perut kami kenyang,” ucapnya lugu.

Saat disinggung apakah sudah pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, Rositah menyatakan, ketika anaknya masih sekolah, pernah mendapat bantuan Program Keluarga Harapan (PKH). Namun, setelah anaknya putus sekolah sejak 2 tahun silam, ia tidak lagi menjadi peserta PKH. Rositah juga pernah mendapatkan bantuan berupa beras dari pemerintah.

“Kadang dapat bantuan beras, kadang juga uang sebesar Rp 300 ribu. Kalau tidak salah, itu bantuan Covid tahun 2020 lalu,” ujarnya.

Rositah bersama ketiga anaknya berharap ada bantuan untuk memperbaiki kamar mandinya. Sehingga ketika hendak mandi atau mencuci baju, tidak terlihat dari luar.

“Saya dan anak-anak setiap hari selalu berdoa agar kami mendapatkan bantuan supaya bisa memperbaiki kamar mandi kami,” tukasnya.
(Jeki)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.