Oleh : Pri Jakaria
Benarkah khajatan adalah sesuatu yang membahagiakan bagi yang merayakan? Resepsi Pernikahan akan dibuat semeriah mungkin demi meluapkan kegembiraan menyambut hidup baru dengan pasangan yang dicintainya. Keluarga besar diundang, kerabat dari perantauan turut hadir untuk menyaksikan bahagianya sang mempelai. Pesta diselenggarakan siang dan malam tentunya dengan biaya yang tidak sedikit. Tidak masalah habis puluhan juta rupiah asal pesta bisa berjalan dengan meriah.
Jika semua yang terlibat dalam pesta khajatan pernikahan merasakan kebahagian, apakah itu juga yang dirasakan oleh tarmin? tarmin bukan anggota keluarga bagi sohibul khajat, namun Ia harus meluangkan waktu dan juga uangnya untuk menghadiri pesta tersebut. Tarmin terpaksa kondangan di acara pernikahan tetangga jauhnya.
Tarmin baru saja menerima orderan memperbaiki televisi yang tidak bisa menyala, dua hari yang lalu dia juga dipercaya untuk memperbaiki mesin cuci yang rusak. Tarmin merasa bersyukur, satu minggu terakhir banyak orang-orang yang perabotannya harus diperbaiki. Penghasilannya pun meningkat. Beberapa minggu kedepan tarmin merasa sedikit tenang. kebutuhan hidupnya terpenuhi. Upah dari jasa memperbaiki barang perabotan rusak, kiranya mampu membungkam celoteh istrinya yang setiap pagi mengomel atas harga beras yang terus melonjak akhir-akhir ini.
Sayangnya Tarmin juga harus menyisihkan hasil kerja kerasnya untuk menghadiri undangan pernikahan tetangganya. Demi pesta sang tetangga Tarmin sudah menyiapkan amplop berisi uang satu lembar limapuluh ribuan. Walau harus merelakan, Tarmin menghibur diri dan berharap, semoga sajian prasmanaan yang tersedia sesuai dengan selera makan Tarmin. Maklum, Tarmin jarang makan enak. Sayuran hijau, sambal dan tempe goreng senantiasa menghiasi piring tarmin sehari-hari. Konon katanya si pemilik khajat menyembelih dua ekor kambing. Tarmin siap untuk menaikan tekanan darahnya. Dalam benaknya, Ia tidak boleh rugi. Apa yang dia santap harus setara dengan isi amplop yang diberikan.
Mengenakan batik yang dibeli lebaran tahun kemarin. Tarmin asik menyantap Gulai kambing yang disajikan di meja prasmanan. Music organ tunggal menemani makan siang Tarmin. Beberapa kali sang biduan menyapa para tamu undangan yang hadir. Tarmin juga tak jarang melemparkan senyum kepada tamu undangan yang lain. Meriahnya pesta dan sajian prasmanan berkelas, sungguh Tarmin tidak merasa rugi, walau dia merasa terpaksa tentunya. Betapa tidak, Uang amplop yang sejatinya bisa Ia gunakan untuk mengisi logistic di dapur rumahnya, bahkan Setidaknya cukup untuk satu minggu kedepan. Tapi Tarmin terpaksa harus merelakan penghasilanya itu untuk pesta orang lain.