Scroll kebawah untuk baca artikel
Inspire Slawi

Dalam Sehari Ada 73 Orang Terpapar Covid-19 di Kabupaten Tegal

×

Dalam Sehari Ada 73 Orang Terpapar Covid-19 di Kabupaten Tegal

Sebarkan artikel ini
Petugas Covid-19 RSUD Soeselo Slawi

SLAWI, korantegal.com – Lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi pasca libur Lebaran masih terus berlangsung hingga kini. Tercatat, ada penambahan 2.610 kasus baru dalam kurun waktu 36 hari terakhir atau rata-rata 73 kasus baru per hari. Fakta ini terungkap saat berlangsung rapat evaluasi penanganan Covid-19 bersama jajaran forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda), di Rumah Dinas Bupati Tegal, Selasa (22/06/2021) malam.

Lonjakan kasus Covid-19 dan munculnya sejumlah klaster penularan berskala besar di Kabupaten Tegal terjadi lantaran mobilitas warga yang meningkat saat jelang dan pasca Lebaran Idul Fitri 1442 hijirah lalu. Sementara penerapan protokol kesehatan di masyarakat saat itu mengendur.

Bupati Tegal Umi Azizah saat memimpin rapat mengungkapkan jika lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi sejak tanggal 18 Mei 2021 lalu telah mengakibatkan 131 orang warga Kabupaten Tegal meninggal dunia.

“Rata-rata, tiga sampai empat orang warga Kabupaten Tegal meninggal dunia setiap harinya karena terinfeksi virus corona,” sambung Umi.

Umi pun menduga, kehadiran varian delta sebagai varian baru Covid-19 yang mudah menular bisa saja mempengaruhi lonjakan kasus di wilayahnya, meski perlu pengkajian lebih lanjut.

Untuk meningkatkan efektifitas penanganan Covid-19 di lapangan sekaligus menindaklanjuti arahan Gubernur Jawa Tengah melalui surat edarannya Nomor 443.5/0008989 tentang Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Berbasis Mikro untuk Pengendalian Penyebaran Covid-19 di Jawa Tengah, Umi mengajak anggota Forkopimda Kabupaten Tegal menyampaikan laporannya.

Umi pun menilai, pelaksanaan Gerakan Kabupaten Tegal Bangkit Melawan Covid-19 yang mengatur pembatasan kegiatan masyarakat, penutupan tempat-tempat keramaian dan penerapan protokol kesehatan perlu dievaluasi, apa saja yang perlu disesuaikan dengan perkembangan situasi terkini. “Lewat forum ini, mari kita cari solusi terbaik untuk menekan persebaran Covid-19 di Kabupaten Tegal,” ajak Umi.

Komandan Kodim 0712/Tegal Letkol Inf Sutan Pandapotan Siregar mengakui jika ada kelengahan saat penyekatan arus mudik Lebaran. Kebanyakan warga sudah mencuri start pulang kampung sebelum Pemerintah menetapkan larangan mudik. Selain itu, sambung Sutan, pengawasan dari Satgas Jogo Tonggo sebagian turut melemah, termasuk di tingkat kabupaten dalam mengkampanyekan protokol kesehatan.

“Sekarang ini kami sedang melakukan penebalan pasukan TNI di lapangan, semata-mata demi menjaga keselamatan kehidupan bangsa dan negara. Jumlah personil pasukan yang ditambahkan ada 355 orang dengan rincian 80 personil di Kota Tegal dan 275 personil di Kabupaten Tegal dengan menempatkan 25 personil per kecamatan zona merah untuk menggelar operasi yustisi minimal 3 kali dalam sehari,” tegasnya.

Senada dengan itu, Kapolres Tegal yang diwakili Wakapolres Tegal Kompol Didi Dewantara menuturkan jika ada beberapa kecamatan di Kabupaten Tegal yang jumlah penduduknya lebih dari 100 ribu sehingga termasuk wilayah rentan penyebaran virus. Terbukti, rata-rata wilayah zona merah adalah kecamtan dengan jumlah penduduk terbanyak.

Menurutnya, keterlibatan tokoh agama di masing-masing wilayah sangat diperlukan untuk mengajak warga patuh para protokol kesehatan disamping ikut membantu menyuarakan bahaya Covid-10 bagi keselamatan warga.
“Banyak tokoh agama yang menjadi panutan masyarakat bisa kita ajak untuk merubah karakter masyarakat agar lebih patuh menjalankan prokes,” tuturnya.

Didi menambahkan, pihaknya telah meminta Dinas Kesehatan untuk mendata secara tepat dan benar orang-orang yang terpapar Covid, supaya dengan mudah bisa dilakukan upaya pencegahan melalui tracking, testing hingga tratment.

Dari pelaksanaan operasi yustisi Didi menemukan banyak rumah makan dan kafe yang belum melaksanakan aturan pembatasan jumlah pengunjung maksimal 50 persen dan harus ada tempat isolasi mandiri terpusat di tingkat kecamatan disertai ketersediaan petugas medis yang didukung oleh pemerintah daerah.

“Saya rasa di sini bukan hanya TNI dan kepolisian saja yang bergerak, tapi semua unsur di masyarakat juga harus bergerak,” pungkas Didi. (HR/hn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.