Scroll kebawah untuk baca artikel
Brebes - Bumiayu

Penyaluran Kartu Tani Tidak Merata, Petani Minta Pupuk Subsidi Dihapus

×

Penyaluran Kartu Tani Tidak Merata, Petani Minta Pupuk Subsidi Dihapus

Sebarkan artikel ini
MENGELUH - Sejumlah petani di Desa Tegalglagah, Kecamatan Bulakamba mengeluhkan sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi.

BREBES, korantegal.com – Sejumlah petani di Desa Tegalglagah, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes menghendaki agar pupuk subsidi di hapus. Mereka bahkan mengaku kesal karena selama ini pupuk bersubsidi semakin sulit di dapat.

Tidak hanya bagi petani yang tidak mengantongi kartu tani, petani yang memiliki kartu juga merasakan hal yang sama. Atas keluhannya itu, mereka lalu melakukan aksi protes. Beberapa petani bahkan membawa pamflet bertuliskan sejumlah tuntutan. Seperti halnya “Bongkar Mafia Pupuk Bersubsidi di Brebes” “Kami Petani di Brebes Kesulitan Mendapatkan Pupuk Bersubsidi”. Petani lainnya juga turut membentangkan pamflet bertuliskan “Dukung Penghapusan Pupuk Bersubsidi di Brebes” “Petani Dukung Pemerintahan Jokowi”.

Sudarso (50), salah satu petani di Desa Tegalglagah mengaku kalau dirinya tidak pernah mendapatkan kartu tani dari pemerintah. Akibatnya, dia tidak bisa menikmati pupuk bersubsidi. “15 tahun saya jadi petani, tapi pada kenyataannya saya tidak pernah mendapatkan kartu tani,”keluhnya, Minggu (20/3/2022).

Selain sulit di dapat, beberapa pupuk yang dibutuhkan juga harganya terlalu mahal. “Percuma saja ada pupuk bersubsidi, tapi pada kenyataannya tidak semua petani bisa mendapatkannya,”tandas Sudarso.

Keluhan yang sama juga dirasakan oleh Mashudi (48). Petani yang sedang menanam padi ini mengaku sulit untuk mendapatkan pupuk bersubsidi. Itu dirasakan sejak bulan Februari. “Kalau saya punya kartu tani. Tapi kenyataannya pupuk subsidi susah di dapat,”terang dia.

Ia mengaku sangat membutuhkan pupuk Urea dan Ponska untuk kelangsungan tanaman padi miliknya. “Mereka (kios-red) beralasan katanya stoknya habis,” tambah Mashudi. Terkait masalah harga, petani mengaku harus membeli pupuk dengan harga yang sangat mahal.

Igun (56), petani lainnya mengaku tercekik dengan mahalnya harga pupuk. Apalagi tiap kali tanam, ia harus membeli 2 kwintal pupuk Urea dengan harga Rp130 ribu per kantong. Ia mengaku harus membeli dengan harga lebih mahal karena tidak memiliki kartu tani.

“Kalo yang memiliki kartu tani harganya bisa lebih murah. Selisih 5 ribu per kantong,”terang Igun. Ia mengaku sudah pernah mengusulkan agar bisa mendapatkan kartu tani dimaksud. Tapi hingga saat ini kartu tersebut tidak kunjung di dapat.

Ia pun berharap harga pupuk bisa kembali seperti sedia kala yakni di kisaran harga Rp 70 ribu sampai 80 ribu per kantong (50kg).

Terpisah, Aktifis Forum Kajian Masyarakat Brebes (FKMB) M. Subhan mengaku prihatin dengan nasib yang dialami oleh para petani, terkhusus di Kabupaten Brebes. Pasalnya tidak semua petani saat ini bisa menikmati pupuk bersubsidi.

Bahkan yang disayangkan, para petani yang telah memiliki kartu tani juga merasa kesusahan untuk mendapatkan pupuk. Untuk itu ia berharap agar ada pemerataan dalam pemberian kartu tani. Selain itu, pengawasan dari pihak terkait juga harus lebih maksimal mengingat saat ini pupuk bersubsidi sulit didapat oleh petani.

Subhan mengaku sangat mendukung langkah presiden Joko Widodo yang akan menghapus pupuk bersubsidi. Tentu pemerintah punya alasan tersendiri untuk menghapus kebijakan tersebut. “Kami sangat mendukung kalau pupuk bersubsidi mau dihapus. Karena kenyataanya pupuk tersebut kurang tepat sasaran,”pungkas Subhan. (Harviyanto)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.