SLAWI, korantegal.com – Kasus kematian pada pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri (isoman) terus bertambah. Tercatat sejak awal Juli 2021 hingga sudah ada enam pasien Covid-19 yang meninggal dunia di rumahnya. Informasi ini disampaikan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Tegal Sarmanah Adi Muraeny, Selasa (06/07/2021).
Sarmanah mengatakan, hal tersebut terjadi lantaran pasien isoman bergejala ringan tiba-tiba drop dan mengalami gejala berat. Sarmanah menduga, munculnya galur baru Covid-19 atau varian delta yang lebih ganas dari varian orisinalnya menjadi faktor pemicu lain penyebab penurunan kondisi pasien.
“Sekarang ini banyak pasien Covid-19 yang tadinya bergejala ringan, tiba-tiba menjadi berat, terlebih pada mereka yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid,” ujarnya.
Selain memberikan pasokan obat-obatan pada pasien Covid-19 melalui jejaring Puskesmas, Sarmanah menyarankan agar pihak keluarga yang mengetahui pasien isoman mengalami peningkatan gejala seperti seperti sesak nafas segera melaporkannya ke Satgas Jogo Tonggo atau menghubungi pihak Puskesmas maupun PMI Kabupaten Tegal untuk dilakukan penjemputan.
“Untuk yang isolasi mandiri di rumah memang terus kami pantau lewat Puskesmas terdekat. Ketika sudah diberi obat-obatan kondisinya memburuk, tentunya akan segera dirujuk ke rumah sakit,” katanya.
Sementara itu, Bupati Tegal Umi Azizah saat menggunjungi kesiapan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) sebagai tempat isolasi mandiri terpusat di RSUD Suradadi mengatakan jika pihaknya akan berupaya memaksimalkan fungsi dan peran Satgas Jogo Tonggo Covid-19 untuk memantau kondisi pasien isoman, salah satunya dengan rutin memeriksa saturasi oksigen.
Menurutnya, saturasi oksigen ini bisa digunakan sebagai indikator awal untuk memeriksa kondisi pasien dengan mengetahui kadar oksigen dalam aliran darah.
“Jika angkanya masih diatas 95, maka isoman pada pasien Covid-19 bisa terus dilanjutkan di rumah. Tapi jika di bawah 95, maka harus segera dirujuk ke rumah sakit atau layanan fasilitas kesehatan terdekat,” kata Umi.
Umi berharap, Satgas Jogo Tonggo setidaknya bisa memiliki alat pengukur saturasi oksigen yang banyak tersedia di pasaran dengan kisaran harga mulai dua ratus ribuan rupiah. Ia pun menambahkan, di tengah peningkatan kasus Covid-19, cara pencegahan terbaik adalah menerapkan protokol kesehatan secara ketat, seperti memakai masker saat keluar rumah dan mengurangi mobilitas. Karena menurutnya, lebih baik mencegah daripada mengobati.
“Protokol kesehatan itu harga mati dan nomor satu. Jangan sampai kendor. Itu kuncinya,” tegasnya.
Senada dengan itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Hendadi Setiadji menuturkan jika fenomena pasien Covid-19 isoman meninggal dunia di rumah tidak hanya terjadi di Kabupaten Tegal. Hal tersebut, menurut Hendadi bisa dipicu oleh keengganan pasien ataupun keluarga pasien merujuk perawatannya ke rumah sakit dan tidak melaporkan keadaan pasien ke petugas kesehatan di lingkungan Puskesmas maupun Satgas Jogo Tonggo.
“Ketika sedang menjalani isolasi mandiri tentunya harus ada komunikasi yang baik dan dukungan dari satgas desa setempat. Satgas desa pun juga harus aktif menanyakan perkembangan warganya yang sedang isolasi mandiri,” jelasnya.
Untuk itu, Hendadi menitip pesan untuk seluruh kepala desa supaya mengaktifkan kembali satgas desa di masing-masing wilayahnya. Karena, menurutnya peran satgas desa sangatlah penting.
Lebih lanjut, Hendadi mengungkapkan jika jumlah kasus aktif Covid-19 Kabupaten Tegal sampai dengan Selasa (06/07/2021) berjumlah 657 orang, terdiri dari 294 orang dirawat di rumah sakit dan selebihnya 363 menjalani isolasi mandiri.
Enam orang yang dikabarkan meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri terdiri dari warga Kecamatan Slawi, Dukuhwaru dan Talang.
(OI/HN)