“Penyulaman dengan pohon endemik ini diharapkan bisa menjamin kembalinya formasi hutan alam yang ada di sini,” pungkasnya.
Sementara itu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Kabupaten Tegal Joko Kurnianto yang hadir mewakili kepala daerah menuturkan jika kondisi hutan di bagian barat Gunung Slamet kondisinya cukup memprihatinkan. Sebab, kawasan yang seharusnya berfungsi sebagai hutan lindung telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian tanpa mempertimbangkan fungsi ekologinya.
“Hal tersebut tidak saja berakibat pada penurunan kualitas tanah yang sewaktu-waktu bisa memicu terjadinya longsor, tanah bergerak, banjir bandang hingga erosi tanah, akan tetapi juga cadangan air sebagai sumber air baku daerah hilir atau di bawahnya berkurang karena daya tangkapnya terhadap air hujan rendah,” tuturnya.
Menurutnya, menanam pohon di lahan kritis ini sangat tepat untuk mengantisipasi perubahan iklim global, degradasi dan deforestasi hutan dan lahan, serta kerusakan lingkungan. Terlebih, tanggal 28 November nanti akan diperingati sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia, sebuah momentum untuk mengingat kembali pentingnya pemulihan kerusakan sumber daya hutan dan lahan.
Tak lupa, dirinya memberikan apresiasi dan menyampaikan ucapan terima kasih kepada Perhutani KPH Pekalongan Barat dan seluruh elemen warga juga komunitas peduli lingkungan hidup yang telah berperan aktif menjaga dan melestarikan kawasan hutan lindung.
“Mari bersama-sama menjaga dan memelihara hutan lindung ini agar kembali kepada fungsinya dan bisa bermanfaat bagi kehidupan kita hari dan anak cucu di masa mendatang,” ajaknya.