Scroll kebawah untuk baca artikel
Sejarah

Sejarah Pembangunan Stasiun Tegal (Java Spoorweg Maatschappij)

×

Sejarah Pembangunan Stasiun Tegal (Java Spoorweg Maatschappij)

Sebarkan artikel ini
Stasiun tegal dan Gedung SCS, sumber foto : Djawatempodoeloe

korantegal.com – Sejak tanggal 18 Mei 1746 (perjanjian II) Tegal dikuasai oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda. VOC meminta raja Mataram untuk memperbaiki semua perahu yang rusak yang ada di Tegal. Sejak saat itu pelabuhan di Tegal selain berfungsi sebagai pelabuhan barang, juga digunakan untuk memperbaiki galangan kapal.

Pada tahun 1885 di Kota Tegal dibangun stasiun kereta api, stasiun trem Java Spoorweg Maatschappij (JSM). Stasiun ini dibeli oleh maskapai perkeretaapian Semarang Cheribon Stoomtrammaatschappij (SCS) pada tahun 1897. Stasiun ini dilengkapi dengan atap besar dari bahan kayu yang mampu mengatapi tiga buah kereta api, yang dirancang oleh Henri Maclaine Pont.

Di lingkungan stasiun terdapat bengkel kereta api dan perumahan pegawai kereta api. Pegawai kereta api ini diambil dari masyarakat lokal yang umumnya masyarakat Jawa, dan telah mengalami pendidikan teknik pada masa itu. Jaringan jalan kereta api pada tahun 1888 dan tahun 1925 di pulau Jawa merupakan salah satu jaringan terlengkap di Asia pada jamannya

Gambar awal perencanaan Pembangunan Gedung SCS dan Stasiun Tegal

Henri Maclaine Pont, adalah arsitek lulusan Institut Teknologi Delft. Pont adalah menantu dari Ir. J. Th Gerlings yang menjabat sebagai Direktur dari SCS. Pont datang ke pulau Jawa tahun 1911 dan langsung ke Kota Tegal untuk merancang Kantor Nederland Indice Sporing (NIS).

Gambar Konsep tataletak Hunian dan Benteng VOC Tegal yg kini beralih fungsi sbg LAPAS Kota Tegal

Karya Pont pertama adalah Kantor NIS, yang dibangun oleh Europrrsche Architektuur in Indie (arsitek Eropa di negeri jajahan). Kontrak pembangunannya ditandatangani pada 1 November 1910 di Amsterdam untuk masa 3 tahun oleh SCS, anak perusahaan NIS, yang memegang konsesi pengelolaan jalur kereta api Anyer-Surabaya.

Penelitian arsitektur yang dilakukan di Semarang telah banyak dilakukan. Sedangkan penelitian di Tegal yang merupakan kota baru yang terbentuk tahun 1400 hingga tahun 1700 bersama dengan Semarang, masih sangat langka diteliti. Jika ada, penelitian pun bukan dalam bidang arsitektur,
padahal berdasarkan sensus penduduk yang pertama kali dilaksanakan di Hindia belanda (Indonesia) pada tahun 1930 oleh Central Kantoor Voor de Statistiek (CKS) menunjukkan bahwa Tegal lebih padat penduduknya dari pada Semarang dengan jumlah penduduk mencapai 400-600 per km².

Sumber : Tjiptoatmodjo, 1983

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.