“sudah lah sudah, mending ngopi saja. Monggo kang Tarmin kalau mau pesen kopi, nanti saya yang bayar” Mukhlis dengan ramah menawarkan Tarmin. Rokok yang sejak tadi disaku kemejanya. Kini dikeluarkan dan Mukhlis mempersilahkan Tarmin mengembil sebatang rokok. Mata tarmin bersinar. Rokok dan kopi yang menjadi harapanya tadi sudah menjadi fakta yang harus dinikmati bersama. “siap., matur suwun kang Mukhlis” ujar Tarmin sambil mengambil satu batang rokok dari bungkus rokok kelas menengah keatas itu. “monggo.. monggo .. di bikin santai saja kang” Mukhlis dengan senyum ramahnya. Entah senyum itu datang dari mana. Yang jelas senyum itu tidak dimiliki Tarmin. Segelas kopi dan rokok yang ditawarkan Mukhlis belum berbuah menjadi token listrik yang menerangi rumah tarmin.
Tentang penulis :
Saya Pri Jakaria yang sedang menempuh S2 Magister Pedagogi di UPS Tegal seorang aktivis pendidikan dan pendamping belajar di SKI NUFA Cempaka. Menjadi Experiential Learning Designer dan inisiator Gerakan KURIKULUM RUMAH serta Konselor Bakat..
Redaksi korantegal.com menerima tulisan untuk dimuat dirubrik cipok (moci dan ndopok), tulisan tersebut bisa berupa Opini, Cerpen, Pengetahuan, Wacana, dll.
Kirim artikel tersebut ke [email protected]
Isi dari tulisan bukan tanggungjawab Redaksi.