Scroll kebawah untuk baca artikel
Berita UtamaRubrik Cipok

Cerita Pendek : Bayar 500 Tak Toblos

×

Cerita Pendek : Bayar 500 Tak Toblos

Sebarkan artikel ini
Simulasi pencoblosan. Foto : Istimewa

Di sebuah warung kopi Tarmin menjumpai seorang lelaki. Tarmin mendekatinya, berharap ada sesuatu yang bisa diberikan dari lelaki tersebut. Pekerjaan, atau projek apapun yang bisa tarmin laksanakan. Mukhlis namanya, Ia menganggap dirinya sebagai relawan serba ada.

Akhir-akhir ini jadwalnya sangat padat, kesana kemari nimbrung di setiap perkumpulan yang ia jumpai dimanapun. Tujuannya satu, ia sedang mencari suara. Memang dia sangat sibuk saat ini. Pemilihan umum sebentar lagi tapi targetnya untuk menghimpun suara masih belum tercapai. Mukhlis sedang bekerja menjadi tim sukses salah satu calon anggota legislatif.

“halo kang Mukhlis” sapa Tarmin sambil mengulurkan tangan kanannya. “halo kang Tarmin, lama tidak kelihatan. Sehat kang?” Mukhlis menjawab sapaan tarmin sambil menjabat tangan Tarmin. Tangan kirinya menepuk pundak tarmin. Senyumnya menyeringai agar dianggap ramah dan akrab pada siapapun. Mukhlis memang pandai memainkan perannya.

Tanpa basa basi Muklis melanjutkan sapa’anya “jangan lupa ya kang, nanti pas coblosan sampean pilih yang itu” matanya melirik ke arah baliho yang terpampang lebar di depan warung kopi. Tidak langsung menjawab, namun dalam hati Tarmin ngedumel “ini orang, baru saja ketemu kok langsung kampanye, setidaknya nawarin kopi dulu lah” Tarmin masih senyum-senyum sambil mengangguk-anggukan kepala tanpa menjawab apapun.

Mukhlis memang tidak tau diri, selama ini dia memang terkenal militan sebagai timses salah satu caleg DPRD kabupaten. “begini kang” Tarmin memulai Obrolan sedikit serius. “sepertinya untuk pemilu kali ini saya sudah punya prinsip” Tarmin melanjutkan perkataanya. Mukhlis merespon perkataan Tarmin dengan tawa kecil, namun penasaran apa yang dimaksud Tarmin dalam ucapannya tersebut “prinsip seperti apa yang kamu anut kang? Hari ini apakah masih ada orang yang memegang prinsip?” Mukhlis memberikan pertanyaan, mencoba menggali isi pikiran Tarmin yang sebenarnya hari itu sedang galau karena sudah dua pekan tidak ada penghasilan, padahal kebutuhan hidup dirumah tangganya sudah menunggu untuk dipenuhi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.