Slawi – Perayaan Imlek yang awalnya merupakan wujud penghormatan umat Khonghucu pada dewa dan leluhur untuk mengakhiri dan mengawali tahun dengan kegembiraan dan kesejahteraan kini berkembang menjadi menjadi tradisi publik sebagai momentum refleksi membina diri, mengubah hidup ke arah yang lebih baik dengan semangat baru dan senantiasa mengambil jalan keharmonisan dalam hidup.
Hal tersebut disampaikan Bupati Tegal Umi Azizah saat memberikan sambutan di acara Pagelaran Seni Budaya Peringatan Tahun Baru Imlek 2574/2023 yang bertempat di Gedung Pertemuan Adhi Dharma Klenteng Hok Le Kiong Slawi, Jumat (27/01/2023) malam.
Menurut Umi, semangat perayaan tahun baru ini relevan dengan kehidupan pluralisme bangsa Indonesia dalam memasuki tahapan baru dengan dukungan seluruh warga lainnya secara harmonis. Hal ini patut dirayakan, sama setaranya dengan perayaan hari-hari besar keagamaan ataupun hari-hari besar nasional lainnya.
“Untuk memasuki tahapan hidup baru, tidak mungkin bisa dilakukan sendirian atau hanya mengandalkan golongan tertentu saja, tetapi harus bersama-sama dengan warga lainnya secara harmonis,” kata Umi.
Kehidupan pluralisme bangsa Indonesia salah satunya ditandai dengan pencabutan kebijakan yang dinilai diskriminatif pada warga Tionghoa. Presiden keempat Republik Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur melalui Inpres Nomor 6 Tahun 2000 telah mencabut instruksi presiden sebelumnya untuk mengakhiri diskriminasi warga keturunan Cina di Indonesia, termasuk membuat undang-undang antidiskriminasi yang kemudian sejak saat itu, warga keturunan Tionghoa mendapatkan pengakuan dan memperoleh kebebasan untuk mengekspresikan identitasnya.
“Kiranya perayaan Imlek ini juga bisa menjadi momen pengingat, momentum simbolik untuk terus mewujudkan komitmen mewujudkan kesetaraan bagi seluruh warga. Penyemangat bagi bangsa Indonesia untuk menghapus segala bentuk diskriminasi. Bukan hanya bagi warga Tionghoa saja, melainkan juga seluruh warga negara, sehingga perayaan Imlek ini menjadi perayaan kita bersama,” ujarnya.
Di akhir sambutannya, Umi mengajak seluruh warga masyarakat bisa merawat, menjaga keberagaman dan kerukunan serta memperkuat kepedulian sosial dan persaudaraan antarwarga sehingga membawa keberkahan, keharmonisan antarsesama demi terwujudnya visi Indonesia Maju dan Indonesia Sejahtera.
“Sejalan dengan zodiak tahun kelinci air di perayaan Imlek tahun ini yang melambangkan umur panjang, kedamaian, dan kemakmuran, maka bisa dimaknai sebagai harapan. Harapan baru bangsa Indonesia memasuki era endemi Covid-19, dan mudah-mudahan menjadi tahun yang penuh kedamaian dan kemakmuran,” pungkasnya.
Senada dengan itu, Ketua Yayasan Adhi Dharma Klenteng Hok le Kiong Slawi Jefri Purnomo menyampaikan melalui momentum ini dirinya ingin mengajak seluruh elemen masyarakat di Kota Slawi dan sekitarnya untuk ikut ambil bagian dalam mewujudkan kehidupan harmonis dalam kebhinekaan.
“Tentunya dalam kesempatan yang baik ini, kami mendorong segenap umat beragama dan anggota masyarakat untuk memuliakan Tuhan Yang Maha Esa, yaitu dengan mengasihi sesama umat manusia. Dan ini tidak berhenti hanya untuk kepentingan diri sendiri, melainkan kepedulian sesama umat beragama dan masyarakat luas,” ujarnya.
Acara perayaan Imlek kali ini dimeriahkan dengan pentas seni tari topeng dan penampilan barongsai yang dibawakan oleh pelajar SMA. Para pelajar pemain barongsai ini, sambung Jefri, tidak hanya mereka yang beragama Konghucu, tapi juga Islam dan Kristen. (HR/hn)