Slawi – Organisasi kemasyarakatan Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) melalui Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Kabupaten Tegal berkomitmen membantu pemerintah daerah dalam menangani balita stunting melalui program Sahabat Asuh. Program tersebut resmi diluncurkan Bupati Tegal Umi Azizah di Gedung NU Kabupaten Tegal, Minggu (19/02/2023).
Program Sahabat Asuh Fatayat NU ini berencana memfasilitasi pemenuhan kebutuhan gizi bagi 328 balita stunting di Kabupaten Tegal melalui pemberian makanan tambahan (PMT). Pemberian makanan berprotein ini akan dilakukan selama satu bulan penuh sesuai pedoman pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) yang dirilis Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat NU Jawa Tengah.
Menurut Umi, melalui program tersebut diharapkan tumbuh kesadaran masyarakat untuk bergerak, bergotong-royong menanggulangi stunting yang menuntut peran lebih banyak pihak baik dalam hal intervensi gizi spesifik maupun gizi sensitifnya.
Terlebih kejadian stunting di Kabupaten Tegal ini lebih banyak disebabkan kekurangan asupan gizi pada balita. Sehingga implementasi program perbaikan gizi menjadi sasaran penting agenda pembangunan di bidang kesehatan. Kondisi stunting pada balita menurut Umi harus segera ditangani dengan benar agar tidak berdampak permanen pada tingkat kecerdasan, kemampuan kognitif, dan kesehatan anak di kemudian hari yang mudah sakit.
Umi menerangkan, dari hasil pendataan pihaknya di bulan Agustus 2022 lalu ditemukan jumlah populasi balita di Kabupaten Tegal sebanyak 116.868 balita. Dari jumlah tersebut, 87,2 persennya atau sektirat 101.915 balita berhasil diketahui tinggi ataupun panjang badannya dan didapati sebanyak 17.906 balita atau 17,6 persennya dalam kondisi stunting. Sementara jika mendasarkan hasil survei status gizi Indonesia (SSGI) angkanya mencapai 22,3 persen.
“Terlepas dari hitung-hitungan ini, setidaknya kita punya PR untuk menangani 17.906 balita stunting lewat perbaikan pola asuh dan asupan gizi yang benar, disamping intervensinya dengan pemberian formula 100 atau PMT kaya protein khusus untuk balita yang status gizinya terkategori buruk selama tiga bulan berturut-turut untuk mengembalikan ke kondisi normal,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Umi menuturkan jika sebagian besar kasus balita gizi buruk di Kabupaten Tegal ini dipengaruhi oleh faktor aksesnya pada makanan bergizi yang kurang. Faktanya, dua dari tiga anak usia nol sampai dengan 24 bulan tidak menerima makanan tambahan dan satu dari tiga ibu hamil mengalami anemia yang disebabkan karena kekurangan gizi.
“Saya sangat mengapresiasi program ini karena selaras dengan agenda pembangunan daerah. Saya juga titip pesan, melalui agenda kerja Fatayat NU ini terus bangun kesadaran masyarakat kita akan pentingnya kesehatan keluarga, mencegah perkawinan usia dini, merencanakan kehamilan dan mencukupi kebutuhan gizi anak balita,” kata Umi.
Senada dengan Umi, Ketua PC Fatayat NU Kabupaten Tegal Aminatul Islamiyah mengatakan jika harus ada langkah konkrit dan nyata pada penanganan kasus stunting di Kabupaten Tegal. Program Sahabat Asuh ini menurutnya merupakan wujud aksi nyata untuk membantu menurunkan angka stunting di Kabupaten Tegal dengan menyasar langsung ke keluarga yang memiliki balita dengan kondisi stunting.
“Sahabat asuh atau ibu asuh merupakan program unggulan kami untuk memberikan makanan tambahan bagi balita stunting yang dianggarkan dari swadaya bersama sahabat PR (pimpinan ranting) Fatayat NU di 287 desa dan kelurahan di Kabupaten Tegal,” kata Amina.
Terkait dengan itu, pihaknya juga telah menjalin kerja sama dengan bidan, Posyandu, dan pemerintah desa untuk melakukan pendataan balita yang terindikasi stunting, disamping pula bekerjasama dengan PW Muslimat NU Jawa Tengah dan Unicef untuk menerbitkan modul pedoman MP-ASI.
“Jangan biarkan pemerintahan kita ini bekerja sendiri menangani stunting. Fatayat NU Kabupaten Tegal harus hadir membantu pemerintah daerah tuntaskan anak stunting, dimulai dari ranting masing-masing,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Tengah Widwiono menyampaikan selain PMT, kasus stunting juga dapat di tekan melalui implementasi Program Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan melalui metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) berupa seperti pemasangan IUD atau implan yang dapat mencegah kehamilan hingga enam tahun, tergantung dari jenisnya.
“KB pasca persalinan berkaitan erat dengan percepatan penurunan stunting. Karena faktor penyebab anak stunting ini salah satunya adalah jarak kelahiran yang terlalu dekat. Sehingga dianjurkan jarak kehamilan minimal tiga setengah tahun,” ungkap Widwiono.
Dengan melakukan KB pasca persalinan, sambungnya, angka kematian ibu juga dapat ditekan, sebab probabilitas kelahiran dapat dikurangi. Selain itu, prevalensi gizi buruk dan angka kematian bayi juga dapat ditekan karena perhatian dan pengasuhan ibu kepada bayinya menjadi penuh, tidak terbagi. (EW/hn)