Scroll kebawah untuk baca artikel
Ekbis

Digital Marketplace, Strategi Pemasaran Produk UMKM ke Pasar Global

×

Digital Marketplace, Strategi Pemasaran Produk UMKM ke Pasar Global

Sebarkan artikel ini
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tegal gandeng Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) gelar Pelatihan Kelas Kreatif bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Hotel Permata Inn, Slawi, Rabu (21/10/2020)

SLAWI, korantegal.com – Pulihkan kondisi perekonomian akibat pandemi Covid-19, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tegal gandeng Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) gelar Pelatihan Kelas Kreatif bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Hotel Permata Inn, Slawi, Rabu (21/10/2020). Pelatihan bertajuk UMKM Bangkit : From Local to Global ini dibuka oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Tegal Widodo Joko Mulyono.

Lewat sambutannya, Joko menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 telah merubah banyak hal dan kebiasaan, termasuk di sektor perdagangan barang dan jasa yang ikut tersendat. Sehingga antara pembeli barang atau pengguna jasa dengan pedagang ataupun penyedia jasa tak lagi leluasa bertemu dan bertransaksi secara langsung. “Bahkan pameran-pameran UMKM yang selama ini menjadi andalan karena bisa mendatangkan pembeli, investor dan bahkan wisatawan juga terimbas akibat pembatasan sosial,” kata Joko.

Namun, menurut Joko, pembatasan sosial justri membuka peluang bagi para pelaku usaha dan industri kecil hingga besar memasarkan produknya secara daring dengan memanfaatkan teknologi informasi, baik melalui platform digital marketplace maupun pameran virtual. Salah satunya contoh adalah penyelenggaraan pameran Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2020 Virtual Seri I bulan Agustus 2020 lalu yang dimotori oleh Bank Indonesia.

“Meskipun digelar secara virtual, pameran tersebut juga mampu membuka ruang penjajakan bisnis melalui bisnis forum secara daring. Pembeli potensial dari negara-negara dihadirkan secara daring oleh penyelenggara,” tambahnya.

Di sisi lain, penyelengaraan pameran virtual akan menumbuhkan sektor ekonomi kreatif lainnya. Para pekerja profesional yang kompeten di bidang teknologi digital seperti arsitek, desainer laman dan produk, pemrogram perangkat lunak, video grafis, dan pembuat aplikasi akan sangat dibutuhkan. Selain itu, lanjut Joko, perlu disiapkan pula sumber daya UMKM yang cepat bertransformasi, merubah pola-pola bisnisnya dari perhatiannya pada packaging dan branding hingga merubah strategi pemasarannya dari konvensional ke pola digital.

Joko beranggapan, pelatihan kelas kreatif ini menjadi salah satu upaya mendorong UMKM bangkit dan bertransformasi menjadi pelaku usaha modern. Sementara peran OJK Tegal menjadi akselerator bagi kesiapan UMKM berkompetisi di pasar global, termasuk mengoptimalkan platform umkmbangkit.id sebagai media informasi, akses keuangan, akses ke pasar digital dan pengembangan usaha, bahkan penyelenggaraan pameran virtual.

Hadir pada kesempatan ini, Ketua OJK Tegal Ludy Arianto dan Direktur Pemasaran Ekonomi Kreatif Kemenparekraf RI Yuana Rochma Astuti. Adapun pelatihan ini diikuti oleh sedikitnya 50 orang pelaku UMKM binaan OJK Tegal dan selebihnya pelaku usaha lainnya yang menyaksikan pelatihan secara daring.

Senada dengan Joko, Kepala OJK Tegal Ludy Arianto pun mengakui jika pandemi Covid-19 telah membawa perubahan besar dalam banyak hal dan kebiasaan. Menurutnya, realitas pada kehidupan masyarakat selama masa pandemi belum pernah dibayangkan sebelumnya. Maka, dengan pemanfaatan platform umkmbangkit.id dirinya berharap bisa membantu UMKM belajar memulai dan merencanakan usahanya.

Ludy mengungkapkan alasannya memilih Kabupaten Tegal sebagai sentra pembinaan UMKM karena kondusif untuk dijadikan model pengembangan UMKM pemuda. Menurutnya, tidak semua pemerintah daerah mau peduli memberikan dukungan secara penuh kepada UMKM seperti halnya Pemkab Tegal dengan Program Wirausaha Pemudanya.

Sementara itu, ditemui usai acara, Yuana Rochma Astuti menerangkan tentang prospek ekonomi kreatif dimana ada tiga sub sektor yang menjadi penyumbang besar Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia, yaitu kuliner, kriya dan fashion. Ia menambahkan, dari penelitian Badan Pusat Statistik atau BPS menyebutkan, hampir 82 persen UMKM di Indonesia terkena dampak pandemi Covid-19. Untuk itu, lanjut Yuana, Presiden RI Joko Widodo pun mengeluarkan satu gerakan nasional yaitu “Bangga Buatan Indonesia”.

Pemerintah melalui kementerian dan lembaganya terus berupaya mendorong terselenggaranya pameran produk UMKM secara daring sebagai media efektif untuk mendatangkan pembeli dan investor. “Pameran virtual kini strategi pemasaran yang direkomendasikan di masa pandemi Covid-19 ini. Namun kendalanya, sebagian pelaku UMKM kita belum memiliki katalog digital,” kata Yuana.

Ditanya perihal fasilitasi pemerintah kepada pelaku UMKM dalam hal pemasaran digital, Yuana mengatakan jika pihaknya sudah menjalin kerja sama dengan sejumlah platform marketplace besar dan jasa pengiriman. Adapun kendala lain yang dijumpai adalah rendahnya akses informasi pelaku UMKM di daerah.

“Para pelaku UMKM di daerah kurang bisa mengikuti perkembangan informasi yang ada di pusat, padahal informasi tentang ajang pameran, forum bisnis dan pemasaran sudah kita buka seluas-luasnya. Kendala lainnya yang seringkali dijumpai adalah soal keberlangsungan produksi. Jadi jangan hanya bagus di tampilan packaging-nya saja, tetapi kontinuitas produksi juga harus diperhatikan sehingga jika mendapat orderan dalam jumlah besar tidak keteteran,” pesan Yuana. (Fh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.