Scroll kebawah untuk baca artikel
Berita UtamaInspire Slawi

Tinjau Korban Tawuran, Bupati Umi Minta Guru Pahami Psikologi Anak

×

Tinjau Korban Tawuran, Bupati Umi Minta Guru Pahami Psikologi Anak

Sebarkan artikel ini
Bupati Tegal Umi Azizah mengunjungi rumah Romy Setiawan di Desa Randusari, Kecamatan Pagerbarang, Selasa (10/04/2023). Romy, siswa kelas tiga SMPN 1 Pagerbarang menjadi korban tewas akibat tawuran atau perang sarung yang terjadi, Senin (11/04/2023) malam.

Pagerbarang – Bupati Tegal Umi Azizah mengunjungi rumah Romy Setiawan di Desa Randusari, Kecamatan Pagerbarang, Selasa (10/04/2023). Romy, siswa kelas tiga SMPN 1 Pagerbarang menjadi korban tewas akibat tawuran atau perang sarung yang terjadi, Senin (11/04/2023) malam.

Umi mengaku prihatin dengan kejadian perang sarung yang mengakibatkan korban pelajar meninggal dunia. Selain meminta orang tua meningkatkan kewaspadaan dengan mengawasi lingkungna pergaulan anak-anaknya di luar sekolah, pihaknya juga meminta guru di sekolah bisa memahami kondisi psikologis masing-masing anak, terutama mereka yang bermasalah dan berpotensi terlibat aksi tawuran.

Di hadapan guru SMPN 1 Pagerbarang, Umi meminta kapasitas guru wali kelas tidak hanya sebatas materi pembelajaran ke peserta didik, tapi juga kemampuannya memahami kondisi psikologi atau mental anak didiknya. Sehingga pengetahuan tentang psikologi pendidikan anak sangat diperlukan guru saat menghadapi peserta didiknya.

“Anak-anak didik yang bermasalah secara psikis, termasuk mereka yang berpotensi melakukan perilaku menyimpang seperti tawuran harus didekati, diberikan pembinaan secara khusus. Sebab di fase ini mereka sedang mencari identitas, menumbuhkan rasa percaya dirinya dengan berbagai cara,” kata Umi.

Dari sini guru akan bisa membedakan perlakuan atau pendekatan pembelajaran pada peserta didiknya. Selain mendampingi anak mengikuti pelajaran, guru juga berkewajiban moral mengarahkan anak didiknya memiliki moral yang baik, terlebih melihat situasi pergaulan anak sekarang yang banyak terpapar informasi serta budaya yang seringkali tidak sesuai dengan norma agama.

Terkait dengan itu, Umi menuturkan jika sebelumnya pihaknya telah berdialog dengan Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Wilayah Jawa Tengah Cabang Eks Karesidenan Pekalongan. Menurutnya Himpsi bersedia memberikan materi pembekalan psikologi pendidikan kepada para guru, khususnya untuk mencegah kenakalan remaja.

“Ini momen yang pas untuk memberikan layanan psikoedukasi ke pelajar. Tidak perlu menunggu anggaran karena situasinya sudah mendesak, mencoreng lembaga pendidikan di Kabupaten Tegal. Bila perlu bapak, ibu bisa berswadaya untuk menghadirkan narasumber dari Himpsi ini,” tandasnya.

Selain lingkungan pendidikan, dua pilar penting lainnya dalam menunjang psikologi pendidikan anak adalah lingkungan keluarga dan lingkungan pergaulan. Sebab, keberadaan anak di lingkungan sekolah terbatas sekitar enam jam dari 24 jam kehidupan anak yang lebih banyak dihabiskan di lingkungan keluarga dan sosial.

Sehingga ini perlu pemahaman seluruh elemen yang membentuk karakter kepribadian anak, seperti orang tua yang harus mewaspadai lingkungan pergaulan anak-anaknya, mengendalikan jam bermain mereka. Selain, menguatkan sistem keamanan lingkungan di tingkat RT atau RW, pihaknya juga mengimbau warga masyarakat meningkatkan kewaspadaannya agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

“Tingkatkan sistem keamanan lingkungan. Jika ada kerumunan anak-anak remaja, ada tanda-tanda yang menjurus ke aksi tawuran segera cegah, jangan didiamkan,” ungkap Umi.

Belajar dari kasus Romy Setiawan, korban tewas akibat perang sarung, Umi memandang salah satunya karena banyaknya waktu luang yang dimiliki anak usai pulang sekolah. Sementara mereka tidak memiliki aktivitas positif untuk menyalurkan energi, hobi dan waktu luangnya selain bermain ponsel atau berkerumun dengan gengnya tanpa tujuan yang jelas.

Melihat situasi ini, Umi pun meminta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Tegal menggandeng Kementerian Agama untuk memfasilitasi pendidikan keagamaan baik formal maupun non formal bagi peserta didik sekolah.

Menanggapi pernyataan Umi, Kepala Dinas Dikbud Ahmad Was’ari menuturkan pihaknya akan menindaklanjuti hal tersebut, selain juga menjalin kerja sama dengan Himpsi untuk memberikan pembekalan materi kepada Asosiasi Guru BK yang nantinya akan disalurkan kepada guru-guru lainnya. Pihaknya juga mendukung adanya komitmen kepala desa yang mau membangun madrasah wustha dan ulya sebagai ruang belajar pendidikan agama Islam hingga tingkatan SMA. (EW/hn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.