Scroll kebawah untuk baca artikel
Tegal - Slawi

Pasien Covid di Kota Tegal Meledak, Dewi Aryani Prihatin

×

Pasien Covid di Kota Tegal Meledak, Dewi Aryani Prihatin

Sebarkan artikel ini

SURADADI – Setelah Kota Tegal dinyatakan zona hijau selama lebih dari 1 bulan, kini pasien positif Covid-19 di kota tersebut justru meningkat drastis. Kabar dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah melalui video yang viral di media sosial, jumlah pasien positif di Kota Tegal sekitar 26 orang. Hal ini membuat Anggota DPR RI Dewi Aryani prihatin. Legislator yang mewakili masyarakat di Dapil Jateng IX meliputi Kota Tegal, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes ini menghendaki agar kegiatan lomba dalam rangka menyambut HUT ke-75 RI supaya ditiadakan. Baik di tingkat kabupaten/kota, kecamatan, desa, dusun dan RW maupun RT.

“Ini sangat berbahaya, mending ditiadakan dulu,” kata Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang akrab disapa Dear ini, Jumat (7/8/2020).

Dia mengungkapkan, lonjakan jumlah pasien positif Covid itu, berawal saat Tim Pemprov Jateng melakukan rapid test massal di wilayah Kota Tegal. Uji cepat dilakukan secara diam-diam. Hasilnya, ternyata banyak warga yang terkonfirmasi virus corona. Terutama tenaga kesehatan di lingkungan Pemkot Tegal dan sebagian non tenaga kesehatan.

“Kalau tidak ada rapid tes massal ini, mungkin angkanya bisa lebih tinggi lagi karena banyak OTG tidak terdeteksi,” ucapnya prihatin.

Dewi tak menampik, kenaikan jumlah pasien ini memang hal yang wajar. Sebab, mobilitas masyarakat di Kota Tegal masih tinggi. Mereka juga cenderung mengabaikan protokol kesehatan. Karenanya, jika ada daerah yang klaim sebagai zona hijau, mestinya kewaspadaan dan penerapan new normal harus benar-benar dilakukan.

“Jadi jangan santai-santai saja. Harus serius menangani dan mencegah virus ini,” tegas wakil rakyat yang saat ini berdomisili di Desa Sidaharja, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal itu.

Anggota Komisi IX DPR RI ini juga menghendaki, selain melakukan pencegahan, pemerintah daerah harus memaksimalkan fasilitas kesehatan. Sehingga angka pasien meninggal dunia dapat diminimalisir. Dia menyebut, bed rasio rumah sakit jika meningkat, maka baru khawatir. Namun jika masih kisaran 60-70 persen, tak perlu khawatir. Justru yang perlu disiapkan yakni tempat untuk karantina bagi warga positif. Utamanya pasien yang masuk dalam kategori orang tanpa gejala (OTG).

“Mereka tidak bergejala tapi positif perlu diisolasi di tempat khusus, mengingat tidak semua rumah warga layak untuk isolasi mandiri,” ujarnya.

Dewi mengaku sangat mendukung langkah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang sigap menerjunkan tim khusus ke Jateng IX . Test swab dengan polymerase chain reaction (PCR) Mobile ini dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat. Termasuk juga bisa mengetahui bahwa daerah tersebut sudah aman atau belum. Dewi mengingatkan, kepala daerah untuk segera mensikapi Inpres nomor 6 tahun 2020 tentang sanksi bagi warga yang melanggar protokoler kesehatan. Selain itu, pemerintah pusat juga harus membuat aturan sanksi bagi kepala daerah yang mengabaikan Inpres tersebut.

“PR kita bersama adalah, pemerintah pusat dan daerah supaya dapat meningkatkan angka kesembuhan dan menurunkan angka kematian kasus Covid-19 ini. Kami juga akan minta Kemenkes dan gugus tugas pusat menambah lebih banyak Kit Regen dan Alat PCR Portable untuk digunakan test swab secara masif di Dapil Jateng IX. Karena di dapil ini (Kota Tegal, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes) angka covidnya masih terus meningkat,” ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Dewi juga menyinggung kasus Covid-19 di Kabupaten Brebes. Tercatat pada Kamis (6/8), kasus suspek atau orang dalam pemantauan di wilayah tersebut sebanyak 343 orang. Rinciannya, 1 orang diisolasi, 341 orang dinyatakan selesai pemantauan, dan seorang lagi meninggal dunia. Jumlah itu mengalami penurunan jika dibandingkan pada Senin (3/8) lalu yang kasus suspeknya mencapai 2.393 orang. Dari jumlah tersebut, 88 orang dalam pemantauan, 2.301 orang dinyatakan selesai pemantauan, dan 4 orang meninggal dunia.

“Sementara untuk kasus probable atau konfirmasi yang bergejala per tanggal 6 Agustus 2020 sebanyak 73 orang. Rinciannya, 3 orang dirawat, 60 selesai pemantauan, dan 10 orang meninggal. Jika dibandingkan data 3 hari sebelumnya (Senin 3/8), tercatat 131 pasien dalam pengawasan (PDP), 30 orang dirawat, 91 pulang, dan 10 orang meninggal dunia,” sambungnya.

Dewi melanjutkan, untuk kasus konfirmasi atau bergejala dan tidak bergejala pada Kamis (6/8), sebanyak 64 orang. Dari jumlah itu, 4 orang dirawat, 6 orang isolasi mandiri, 52 orang sembuh dan 2 orang meninggal dunia. Data ini lebih banyak ketimbang data per 3 Agustus sebanyak 60 orang positif Covid-19. Mereka yang positif, 7 orang dirawat, 9 orang dikarantina, 43 orang sembuh dan seorang meninggal dunia.

“Ada 349 orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable. Yakni, 14 orang menjadi kasus konfirmasi, 1 orang kasus suspek, dan 334 orang dinyatakan selesai pemantauan,” paparnya.

Melihat data itu, Dewi Aryani mengaku sangat khawatir angka positif Covid-19 di Kabupaten Tegal dan Brebes bisa bertambah jika ada tes massal. Hal ini seperti di Kota Tegal yang mengalami lonjakan pasien setelah tim Pemprov Jateng melakukan tes massal di beberapa titik di kota tersebut. Hasil tes ditemukan angka positif yang tinggi, baik kalangan tenaga kesehatan maupun non tenaga kesehatan.

“Ini harus diwaspadai,” tandasnya. (jeki)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.