“Ada dua pemilik properti yang kebetulan kamarnya memang sudah bagus. Cocok untuk sebuah penginapan standar. Tiap kamar sudah ada kamar mandi, AC, dan lainnya”, tambahnya.
Menurutnya, untuk kebutuhan standar satu rumah diisi beberapa puluh tamu dengan jumlah kamar yang ada.
“Tapi yang lain, jujur belum bisa kami monitor secara benar. Karena kami hanya bisa memberikan advice yang basic saja,” ungkapnya.
Menurut Suprapto, hal seperti itu wajar karena pemilik hunian terkendala waktu dan budget yang ada untuk membuat guest house dan homestay sesuai standar.
Sebab tidak gampang menyulap properti layaknya hotel hanya untuk semalam atau dua malam saja. Sedangkan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas, tidak hanya produk dan layanan, namun juga kebutuhan dana.
”Jadi mereka homestay dadakan ini hanya merapikan yang sudah ada. Tapi kami belum ada data konkret jumlahnya berapa,” pungkasnya. (BBM/afn)
Sumber : Muhammadiyah