Kramat – Abrasi di daerah pesisir pantai utara akibat perubahan iklim, kerusakan ekosistem mangrove, dan penurunan permukaan tanah menjadi persoalan lingkungan di sebagian pesisir utara Jawa. Selain itu, wilayah pesisir juga paling banyak menanggung dampak lingkungan dari aktivitas ekonomi manusia di hulu hingga hilir.
Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ade Palguna saat berlangsung penanaman bibit pohon serempak di seluruh Indonesia tingkat Jawa Tengah dalam rangka peringatan Hari Lahan Basah Sedunia yang dipusatkan di Pantai Padaharja, Kecamatan Kramat, Rabu (07/02/2024).
Menurut Ade, tekanan dampak lingkungan di kawasan pesisir akan semakin berat seperti halnya sampah dan limbah yang terangkut ke laut melalui sungai mengakibatkan rusaknya ekositem pesisir dan biota laut hingga tergangggunya rantai makanan.
Selain itu, abrasi juga menjadi salah satu ancaman nyata atas keberlangsungan ekosistem di wilayah pantai, termasuk kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalamnya. Sehingga menurutnya perlu ada mekanisme kompensasi terhadap daerah hilir yang sudah dicemari orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
“Pemerintah harus mulai merencanakan sebuah kompensasi untuk warga masyarakat hilir yang tidak banyak mendapatkan kompensasi dari kegiatan pembangunan yang sudah dilakukan di hulu,” ujar Ade.
Menurutnya, masyarakat yang tinggal di hilir seperti kawasan pesisir pantai ini merasakan dampak negatif paling besar dari aktivitas pembangunan besar-besaran di kawasan hulu. Hal ini memang tidak dirasakan oleh mereka yang tinggal di hulu. Bahkan disayangkan, tidak banyak yang sadar akan ancaman serius yang dihadapi masyarakat pesisir akibat aktivitas perekonomian di hulu.
Sehingga melalui kegiatan penanaman 1.100 bibit pohon cemara laut (Casuarina equisetifolia) pada lahan pisisir pantai seluas satu hektare ini diharapkan bisa menggugah perhatian dan kepedulian lebih banyak pihak akan persoalan lingkungan dan kerusakan ekosistem di kawasan pesisir, selain meminimalisir terjadinya abrasi dan menahan laju ombak di pantai utara ini.
“Kegiatan ini menjadi kolaborasi kita bersama antara masyarakat dan pemerintah. Sebab konteks pelestarian dan penyelematan lingkungan hidup dan kehutanan tidak bisa dilakukan sendiri, harus bersama-sama seperti yang kita lakukan saat ini,” ucapnya.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno menilai aksi menanam ribuan pohon secara serentak ini merupakan momentum untuk mengajak masyarakat menanam berbagai jenis tumbuhan.
“Menanam pohon jenis apapun itu bermanfaat, tidak harus tanaman yang bisa dikonsumsi, tetapi juga tanaman pelindung untuk menahan abrasi,” ujarnya.
Lebih lanjut, dirinya meminta keterlibatan semua pihak untuk sama-sama menjaga kelestarian lingkungan di daerah pantura. “Kami berterima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi dalam penanaman pohon hari ini. Harapan kami, aksi menanam pohon bersama tidak berhenti sampai di sini,” harap Sumarno.
Ditemui di tempat yang sama, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Kabupaten Tegal Joko Kurnianto membeberkan berbagai upaya yang terus dilakukan Pemkab Tegal dalam mencegah abrasi. Sebab Kabupaten Tegal yang memiliki garis pantai sepanjang 13 kilometer, sekitar 3-4 kilometer pantainya mengalami abrasi.
“Kami terus bersinergi dengan berbagai pihak untuk melakukan penanaman pohon di area sekitar pantai, mengikutsertakan komunitas peduli lingkungan untuk membersihkan pantai. Dan ini merupakan langkah strategis untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan alam,” ujarnya.
Joko menambahkan, keberadaan ekosistem pantai sangat penting. Tidak saja mencegah interusi air laut, mengikat sedimen dan biofilter alami untuk melindungi kawasan pesisir dari abrasi dan tsunami, tapi juga mampu menyerap emisi karbon. Terlebih, Pantai Padaharja ini merupakan salah satu destinasi wisata potensial dan perikanan tambak yang harus dijaga keberlanjutannya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga pesisir.
“Dengan konsep ekowisata ini maka potensi ekonomi dari keberadaan hutan cemara bisa ditingkatkan lagi, di samping fungsi ekologi hutan cemara sebagai tempat berkembang biak aneka satwa seperti burung, tupai, dan serangga,” ucapnya.
Pada kesempatan ini, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah menyalurkan bantuan bibit pohon cemara laut sebanyak 4.000 batang senilai Rp32,3 juta dan sarana prasarana wisata alam senilai Rp40 juta kepada Kelompok Tani Hutan Sida Mulya. (EW/hn)