KAB. SUKOHARJO, korantegal.com – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melakukan inspeksi mendadak (sidak) penanganan kasus Covid-19 di Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo, Rabu (30/6/2021).
Ganjar mengapresiasi penanganan Covid-19 di tingkat Desa Grajegan, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Di desa ini ada Rukun Tetangga (RT) yang 47 warganya positif Covid-19 hingga perlu dilakukan lockdown.
Jalan utama masuk RT 01/04 Dukuh Ngadipuro itu ditutup total dan dijaga oleh ketat oleh Babinsa/Bhabinkamtibmas. Warga dari dalam tidak boleh keluar, sementara tamu dari luar tidak boleh masuk kampung. Lockdown dilakukan sejak 25 Juni lalu dan baru akan berakhir pada 7 Juli nanti.
“Kita memutuskan untuk lockdown karena untuk melindungi masyarakat yang lain. Di RT ini ada 47 orang yang positif Covid-19 karena klaster hajatan,” kata Kades Grajegan, Mujiyono kepada Ganjar.
Mujiyono mengatakan, untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, pihaknya menggunakan program Jogo Tonggo. Semua logistik, khususnya terkait makanan disuplai dengan cara bantuan dari warga sekitar.
“Jogo Tonggo jalan bagus. Untuk logistik aman sampai lockdown selesai 7 Juli nanti. Beberapa RT tetangga juga bantu, termasuk warga kampung yang bekerja di daerah luar. Kami juga menggunakan anggaran desa untuk mencukupi kebutuhan,” jelasnya.
Mujiyono menerangkan, lockdown tingkat RT dilakukan demi melindungi warga lain di desanya. Sebab sebelum lockdown, aktifitas keluar masuk warga di RT zona merah itu masih sering terjadi.
“Kadang ada pedagang sayur keliling yang keluar masuk kampung. Kalau tidak ditutup, kami khawatir akan menulari warga lainnya,” pungkasnya.
Langkah Kades Grajegan yang sigap melakukan lockdown RT yang masuk zona merah, diapresiasi Ganjar.
“Ini contoh bagus, lockdown level RT karena terjadi penularan cukup banyak akibat klaster hajatan. Jumlahnya 47 yang positif, sehingga satu RT dilockdown. Ini tindakan yang sudah betul,” katanya.
Ganjar berharap langkah yang dilakukan Lurah Grajegan bisa menginspirasi seluruh Kades/Lurah di Jawa Tengah agar tidak ragu melakukan lockdown tingkat RT apabila terjadi lonjakan kasus Covid-19.
Kekhawatiran akan kesulitan memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari warga yang di-lockdown, ternyata juga tidak pernah terbukti. Solidaritas warga Jawa Tengah lewat gerakan Jogo Tonggo efektif memenuhi kebutuhan logistik mereka.
“Warganya bantu, ada yang kirim sayuran dan bahan makanan lainnya. Artinya logistik aman, tidak perlu ditakutkan. Ini contoh yang bagus. Dan sampai hari ini, yang sudah melakukan lockdown tingkat RT di Jateng belum ada yang melaporkan kesulitan makanan,” tegasnya.
Terkait anggaran untuk membantu penanganan Covid-19, Ganjar mengatakan, sama halnya di Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten / Kota, 8 persen dari dana desa dapat digunakan untuk keperluan tersebut. Meski begitu, ia meminta penggunaannya untuk hal khusus yang tidak mampu diatasi warga.
“Selain itu, anggaran dana desa boleh digunakan 8 persen untuk penanganan Covid-19. Di Provinsi dan Kabupaten/Kota juga ada anggaran itu, 8 persennya bisa dipakai. Jadi (dana 8 persen itu) pakai saja, tapi untuk kepentingan yang khusus. Kalau urusan “permakanan”, saya kira bisa dicover dari Jogo Tonggo,” ucapnya.