Scroll kebawah untuk baca artikel
Berita UtamaTegal - Slawi

Volume Sampah ke TPA Penujah Terus Berkurang

×

Volume Sampah ke TPA Penujah Terus Berkurang

Sebarkan artikel ini
Aksi penanaman pohon memeringati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024 tingkat Kabupaten Tegal yang dipusatkan di TPS3R Jalingkos di Desa Penusupan, Kecamatan Pangkah, Rabu (28/02/2024).

Pangkah  – Volume sampah masyarakat Kabupaten Tegal yang dibawa ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Penujah terus berkurang menjadi 400 ton per hari.  Hal ini disampaikan Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Kabupaten Tegal Joko Kurnianto saat memeringati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024 tingkat Kabupaten Tegal yang dipusatkan di Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) Jalingkos di Desa Penusupan, Kecamatan Pangkah, Rabu (28/02/2024).

Sebelumnya, volume sampah yang dibawa ke TPA Penujah sepanjang tahun 2021 rata-rata mencapai 609 ton per hari. Jumlah ini berkurang menjadi 516 ton per hari di tahun 2022 dan kemball berkurang menjadi 400 ton per hari di tahun 2023.

Penurunan volume sampah ini salah satunya didukung oleh gerakan Merdeka Sampah yang berperan penting menumbuhkan kepedulian komunitas warga dan tanggung jawab pemerintah desa dalam mengelola sampah di lingkungannya.

Joko menuturkan, Pemkab Tegal terus berupaya mengurangi sampah plastik. Hal tersebut sejalan dengan pasal 16 Peraturan Bupati Tegal Nomor 48 Tahun 2019 yang mengatur tentang pengurangan penggunaan plastik dan styrofoam di pusat perbelanjaan dan toko swalayan, atau bahkan pasar rakyat

“Saya berharap bahwa peringatan HPSN ini bukan hanya sebatas seremonial saja. Ingat, tidak ada kata berhenti untuk mengurangi sampah, termasuk sampah plastik,” ucap Joko.

Di kesempatan yang sama, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tegal Muchtar Mawardi mengatakan jika saat ini ada empat krisis yang sedang dan akan dialami masyarakat. Pertama, krisis air bersih yang kemungkinan akan dirasakan dampaknya secara luas mulai tahun 2025 mendatang. Hal tersebut terjadi karena dampak perubahan iklim global.

Kedua, krisis sampah yang menurutnya tidak kunjung selesai sepanjang jumlah penduduk terus bertambah namun tidak disertai dengan kesadaran perilakunya mengelola sampah. Ketiga, alih fungsi lahan terbuka menjadi terbangun seperti lahan pertanian menjadi permukiman dan industri ataupun lahan hutan menjadi lahan pertanian terbuka. Keempat adalah krisis kebencanaan yang terus meningkat karena dampak dari tiga krisis tersebut.

Rangkaian peringatan HPSN 2024 tingkat Kabupaten Tegal menurutnya sudah berjalan sejak tanggal 21 Februari 2024 melalui pelaksanaan kegiatan pelatihan daur ulang sampah di Desa Penusupan, Kecamatan Pangkah. Disusul aksi pentahelik bersih-bersih Taman Bungah di Kota Slawi tanggal 23 Februari 2024 dengan serangkaian kegiatan di dalamnya seperti senam pagi, moci bareng dan penukaran sampah dengan bibit tanaman. Di waktu yang sama juga beralangsung aksi pelajar bersih sampah di Purwahamba Indah.

Puncaknya, tanggal 28 Februari 2024 yang ditandai dengan peresmian TPS3R Jalingkos Slawi dan kantor sekretariat bersama serta dilanjutnya penanaman pohon jambu air, kelengkeng, alpukat dan tabebuya di hutan kota.

“Hari ini kita launching pengoperasian alat pencacah sampah. Kapasitasnya bisa mencapai 8 hingga 10 ton per hari. Harapannya ini akan bisa mengalihkan pembuangan sampah yang di ada TPS eks Pasar Hewan Curug Pangkah. Meskipun ini juga masih menyisakan sampah yang harus dibawa ke TPA, tapi volumenya tidak banyak,” kata Muchtar.

Peringatan HPSN 2024 merupakan momen penting pengelolaan sampah di Indonesia. Seluruh lapisan masyarakat diharapkan bisa ikut serta dan berupaya sungguh-sungguh dalam mendukung sistem pengelolaan sampah terpadu. Satu sisi, sampah bisa menjadi bencana, namun di sisi lain, sampah juga bisa menjadi komoditi yang menguntungkan.

Menurut Muchtar, sejumlah desa lokus program Desa Merdeka Sampah dinilai mampu mengolah sampahnya secara mandiri melalui konsep TPS3R. Tercata ada dua desa dengan pengelolaan sampah terbaik di Kabupaten Tegal, yaitu Desa Kertasari Kecamatan Warureja dan Desa Lebaksiu Kidul Kecamatan Lebaksiu.

Zero waste dan zero emission sudah harus menjadi babak baru dalam pengelolaan sampah di Indonesia. Zero waste artinya di tahun 2030, kita tidak diperbolehkan lagi mengoperasikan TPA. Maka langkah untuk mewujudkannya ini harus segera dimulai,” ujarnya.

Sedangkan zero emission lebih pada upaya membatasi tidak ada lagi aktivitas pengelolaan sampah yang menghasilkan emisi karbon yang dapat diserap di bumi ataupun menguap ke lapisan atmosfer serta memicu timbulnya gas rumah kaca yang berpotensi memicu terjadinya pemanasan global.

Peringatan HPSN 2024 ini pun ditutup dengan pemberian penghargaan kepada 10 desa terbaik pelaksana program Desa Merdeka Sampah, yaitu Desa Kertasari, Lebaksiu Kidul, Dermasandi, Bogares Kidul, Penusupan, Srengseng, Sumingkir, Penarukan, Mangunraren dan Kalisoka. (AD/hn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.