BUMIJAWA, korantegal.com – Sejumlah pelaku usaha di kawasan obyek wisata Pemandian Air Panas Guci, Bumijawa, Kabupaten Tegal rencana akan menggelar unjuk rasa dalam waktu dekat ini. Mereka terpaksa melakukan itu lantaran obyek wisata Guci hingga kini belum dibuka.
“Denger-denger memang mau ada demo. Para pelaku usaha akan menuntut supaya obyek wisata Guci dibuka,” kata Ketua Pemuda Mandiri Mitra Damai Desa Guci (Permadi) Ali Burhan, usai audiensi dengan Kepala UPTD Pariwisata Guci, di kantor UPTD setempat, Sabtu (14/8/2021). Saat audiensi, para pelaku usaha ini didampingi BPPH Pemuda Pancasila (PP) dan Satuan Siswa, Pelajar dan Mahasiswa (Sapma) PP Kabupaten Tegal.
Menurut Ali, para pelaku usaha di obyek wisata Guci saat ini kelimpungan. Sejak 2,5 bulan Guci ditutup, mereka sama sekali tidak ada pendapatan. Tidak sedikit pelaku usaha yang sudah menjual asetnya untuk menyambung hidupnya. Dari 700 pelaku usaha di Guci, hampir 80 persen yang sudah menjual asetnya. Sebagian juga ada yang hutang untuk bertahan hidup.
“Kalau seperti ini terus (ditutup), kami mau makan apa. Kami juga butuh uang untuk bayar listrik, jajan anak, bayar angsuran bank dan lainnya,” keluhnya.
Ketua Paguyuban Home Stay Guci, Sopan mengaku hal senada. Sejak Guci ditutup pada awal Juni 2021, dia sudah menjual dua unit sepeda motornya. Uangnya digunakan untuk makan, bayar listrik dan bayar angsuran di bank. Sementara untuk bantuan sembako, Sopan menyebut jika pembagiannya tidak merata. Bahkan, ada beberapa pelaku usaha yang kerap didata dan dijanjikan mendapat bantuan, tapi hingga kini belum direalisasi.
“Cuma PHP saja. Janji-janji terus, tapi tidak ada bantuan,” keluhnya.
Ketua Sapma PP Kabupaten Tegal, Kiki Dwi Aryanto mengaku memang ada kabar jika para pedagang di Guci akan melakukan unjuk rasa. Namun, pihaknya mencegah agar tidak terjadi demontrasi.
“Memang ada kabar begitu, tapi kami berupaya agar permasalahan ini bisa diselesaikan dengan baik,” ucapnya.
Menurut Kiki, kondisi para pelaku usaha di Guci memang memprihatinkan. Para pelaku usaha itu yakni, pedagang, pengelola villa atau home stay dan base camp pendakian Gunung Slamet. Mereka mengeluh karena sudah sekitar 2,5 bulan tidak mendapatkan pendapatan. Mereka sudah kehabisan tabungan dan terpaksa menjual barang miliknya untuk bertahan hidup.
“Kami akan perjuangkan hingga obyek wisata itu bisa dibuka kembali,” ujarnya.
Ketua BPPH PP Kabupaten Tegal, Bowo menuturkan, para pelaku usaha ini rencananya akan audiensi dengan Komisi IV DPRD Kabupaten Tegal. Pihaknya bakal mendampinginya agar keinginan mereka mendapat respon positif dari pemerintah.
“Rencana Senin (16/8), kami akan mendampingi para pekaku usaha melakukan audiensi dengan DPRD. Kami mendampingi sesuai dengan prosedur,” tukasnya.
Kepala UPTD Guci, Abdul Khasib menyampaikan bahwa warga dan pelaku usaha menyampaikan keluh kesah atas penutupan obyek wisata Guci. Pihaknya sudah berupaya untuk audiensi dengan pimpinannya, bahkan Wakil Bupati Tegal Sabilillah Ardie juga sudah datang ke Guci. Audiensi terakhir bersama Sekda Kabupaten Tegal dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Tegal.
“Hasil audiensi bahwa obyek wisata Guci bisa dibuka, jika level sudah baik ke level 1 dan 2. Namun dengan pembatasan dan prokes ketat,” ujarnya.
Dia menambahkan, warga dan pelaku usaha di Guci sudah banyak yang mendapatkan bantuan, walaupun belum merata. Diantaranya, sembako dari Dinsos dan bantuan lainnya. Pihaknya mengaku siap jika memang Guci diperbolehkan untuk dibuka.
“Bisa dilihat, Guci sudah bersih dan semuanya sudah dipersiapkan dengan prokes ketat,” pungkasnya. (jeki)
Discussion about this post