“Jadi, ini hasilnya sudah sangat bagus sekali, melihat kondisi yang baru pertama kali ditanami setelah lahan ini digenangi air rob selama 10 tahun. Kendala sebenarnya tingkat salinitas tinggi yang menjadi permasalahan utama di wilayah-wilayah pesisir pantai. Sehingga, diharapkan varietas unggul BioSalin 1 dan 2 bisa tahan dengan kondisi semacam itu. Sementara, di Banten juga hampir sama hasilnya sekitar 6-7 ton dengan masa tanam 3-4 kali,” ujarnya.
Lanjut Arif menambahkan, dengan memasuki musim penghujan seperti saat ini, maka salinitas akan cenderung berkurang.
“Sebab, semakin banyak air hujan yang notabene air tawar dan sumber airnya untuk penanaman. maka diharapkan produktivitas hasil panen padi ini akan semakin tinggi pula. Dimana, penanaman padi disini waktu itu pada saat musim kemarau dan hasilnya juga sudah sangat bagus,” tegasnya.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kota Pekalongan, Joko Purnomo mengaku bersyukur, dengan adanya proyek nasional penanggulangan banjir dan rob di Kota Pekalongan, banyak sekali daerah yang awalnya terdampak rob, kini secara bertahap sudah bisa kering, diantaranya lahan sawah eks rob di wilayah Bantaran Krapyak dan Clumprit seluas 95 hektar yang dulunya berupa rawa kini bisa ditanami kembali.
Joko juga mengucapkan terimakasih atas adanya sinergi dari BBPSI Biogen Kementan yang telah memberikan benih padi BioSalin sehingga lahan bekas rob ini bisa kembali ditanami berkolaborasi bersama Kodim 0710/Pekalongan, Dinperpa dan kelompok tani yang ada di wilayah ini. Sehingga, masyarakat dan kelompok tani bisa menanam dan menikmati hasilnya.